Pejuang itu, Ada di Rumahku.

Ini tentang ibuku yang berprofesi sebagai dokter spesialis paru dan bagaimana aku mendengar ceritanya setiap hari.

Setiap hari. Ibuku berurusan dengan pasien.

Terlebih di masa pandemic ini.

Perlu aku ceritakan hal ini agar kamu tau, perjuangan tenaga medis itu benar-benar nyata, dan menggetarkan. Akan aku ceritakan menjadi 2 babak, saat pandemi Covid19 muncul di Indonesia, dan keadaan saat ini, 19 Mei 2020. 

Pertama, saat virus ini masuk ke Indonesia, dan selang beberapa minggu, kepanikan masyarakat di mulai. Orang-orang menjadi seperti “parno” dan takut terkena virus ini. Sedikit terserang demam, batuk-batuk, pilek, dan bersin-bersin langsung ke rumah sakit, khawatir positif covid. Tiba di rumah sakit, betapa luar biasanya pemandangan di lobby rumah sakit itu, kenapa banyak sekali orang di lobby ini? Apakah mereka semua benar-benar sakit dan butuh pertolongan tanggap? Ternyata tidak. Tidak semua dari mereka yang datang buru-buru ke rumah sakit benar2 sakit parah dan butuh pertolongan tanggap. Aku dan ibuku bukan berarti menyepelekan penyakit ringan, bukan, namun kita sedang berhadapan dengan lawan yang sangat cerdas dan tidak terlihat oleh mata, yaitu Covid19, maka mengertilah. Mengertilah bahwa yang seharusnya ke rumah sakit itu adalah orang yang betul-betul butuh pertolongan medis dengan cepat seperti orang yang sudah sesak nafas. Kenapa sesak nafas saya highlight? Karna ini lah yang membuat ibu saya menjadi sangat khawatir kalau ada pasiennya yang sesak nafas, karna sangat kuat dugaannya untuk masuk dalam kategori PDP (Pasien Dalam Pengawasan) atau bahkan positif Covid19. Orang yang sudah sesak nafas ini butuh oksigen untuk bernafas karna di paru-parunya sudah terinfeksi ataupun terisi cairan yang membuatnya sulit bernafas.

Kalau kamu pergi ke rumah sakit, justru kamu hanya meramaikan suasana, masalahnya virus ini suka keramaian, dia akan lebih cepat melompat ke orang yang satu dan yang lainnya. Jadi, kalau gejala penyakitnya masih bisa diatasi sendiri dirumah, please #DirumahAja. 

                                                  Kedua, masih ingat foto yang tulus ini?tagardirumahaja

Nah sekarang,g

Ramai-indonesiaterserah-Tenaga-Medis-Juga-Lelah_big

Cerita kedua. #IndonesiaTerserah adalah bentuk kekecewaan, amarah, dan kesal dari tenaga medis. Kenapa masyarakat Indonesia +62 sulit sekali diatur? Sebelum hashtag ini viral, ibuku pernah cerita ke kami, keluarga dirumah, “Kalau masyarakat sulit diatur, terserah deh mau gimana, gantian coba tenaga medis #DirumahAja, kalian di luar rumah.” Gak lama, ibuku nanya ke kami semua, “Kalau tenaga medis udah capek, gamau ngelayanin lagi gimana? Kalau tenaga medis makin banyak yang tumbang, gimana?” Kami semua hanya bisa diam.

Ibuku, dokter spesialis paru. Covid19 ini mirip dengan gejala Pneumonia, yang mana jelas penyakit paru-paru. Ibuku cerita dan menunjukkan kepadaku banyak poster-poster yang share di whatsApp seperti “Tunda ke dokter THT, tunda ke dokter Gigi, tunda ke dokter Mata, dll. Tapi gaada poster yang tulis Tunda ke dokter Paru. Semuanya dirujuk ke dokter paru.” Kenapa dokter-dokter lain menunda seperti itu? Supaya poliklinik dokter-dokter tsb yang ada di RS tidak penuh dengan gejala-gejala ringan seperti yang sudah aku sampaikan di poin pertama.

2357287840
Contoh posternya kayak gini

Setiap hari ibuku memakai APD (Alat Pelindung Diri) lengkap : Faceshield/kacamata Google, masker bedah, sarung tangan, sepatu pelindung, dan baju Hazmat putih full cover. Setiap sehabis pakai, ibuku harus membersihkan APDnya. Setiap pulang kerja, ibuku langsung membersihkan diri sebelum berinteraksi dengan kami semua. Walaupun ibuku tidak bekerja di RS rujukan covid19, bukan berarti virus itu hanya ada di RS- RS rujukan covid saja kan? waspada dan sikap preventif itu penting, bagian dari ikhtiar. Terlebih, semua rujukan dan panggilan tertuju ke dokter paru.

Setiap hari juga selalu ada cerita baru tentang update covid19 dari berbagai negara yang diceritakan ibu saya ke kami, setiap hari ada ke khawatiran baru karna angka positif covid19 yang terus bertambah di Indonesia. Setiap hari kami selalu mendengar keluhan, cerita, nasehat yang ibu saya sampaikan. Jelas, ibu saya yang paling bawel masalah kesehatan untuk semua keluarganya.

Tenaga medis juga punya keluarga. Ibuku dan timnya berjuang melawan virus ini, membersamai berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik, ingat yang menyembuhkan itu Allah ya, bukan obat, bukan dokter. Ibuku bekerja untuk melindungiku, keluargaku, dia juga bekerja untuk kamu, dan keluargamu, untuk kita semua. Jadi, tolonglah #DirumahAja, jangan membuat keramaian, JAGA JARAK, supaya ibuku dan timnya tidak kelelahan. Mereka juga punya keluarga, you stay at home to help my mother, and her team. Please. 

-Pejuang itu, Ada di Rumahku-

#CeritaCovid19Indonesia

Sincerely,

Alia M.

 

Published by White Daisy

Ini adalah langit aksaraku. Langit Venus.

Leave a comment